BG

BG

Topeng Sidha Karya

Cerita ''Nangluk Merana'' yang sering dipentaskan, mengungkap asal muasal topeng Sidakarya. Dikisahkan di Kerajaan Gelgel, Dalem Waturenggong menyelenggarakan upacara besar-besaran di Pura Besakih dalam rangka menenteramkan jagat Bali. Gaung persiapan yadnya tersebut tersebar kemana-mana, bahkan sampai ke tanah Jawa.

Raja Keling di Jawa yang merasa memiliki hubungan kekerabatan dengan Raja Gelgel, datang ke Bali tanpa diundang. Tetapi sayang, begitu tiba di gerbang Kerajaan Gelgel, Brahmana Keling diterima dengan cara kurang hormat, karena pakaian yang dibawa sangat kotor dan kumal. Brahmana Keling diusir karena dikira seorang pengemis yang tidak tahu tata krama. Brahmana Keling pun meninggalkan Kerajaan Gelgel dengan membawa luka hati.

Ketika sampai di daerah Badung, di tempat yang sepi, ia mengucapkan mantra yang akhirnya membuat persiapan yadnya di Gelgel kacau oleh berbagai hama penyakit. Keresahan terjadi di mana-mana, rakyat pun pasrah. Ini membuat Raja Waturenggong terpaksa turun tangan. Dari adnyana sang raja, diketahui bahwa kekacauan itu bermula dari kesalahan para prajurit dibawah Arya Tangkas terhadap Brahmana Keling. Maka diutuslah Arya Tangkas untuk menjemput Brahmana Keling untuk menyukseskan jalannya yadnya di Pura Besakih dan mengusir segala hama dan penyakit.

Akhirnya yadnya berjalan lancar dan sukses. Jagat Bali menjadi tenteram kertha raharja berkat doa restu Brahmana Keling. Dengan demikian Raja Waturenggong menganugerahkan Brahmana Keling dengan gelar Dalem Sidha Karya. Karena itu setiap pelaksanaan karya penting di Bali, diwajibkan mohon doa restu beliau dengan memohon tirtha melalui pertunjukan Topeng Sidakarya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Topeng Sidha Karya"

Posting Komentar